Jumat, 04 Februari 2011

Pendekar

Gong Xi Fa Chai...

Tepat tanggal 3 Februari yang lalu, masyarakat keturunan tionghoa merayakan tahun barunya. Seperti tahun baru lainnya seperti tahun baru masehi, tahun baru Islam, tahun baru imlek pun menjadi hari libur nasional di Indonesia. Saya pun memanfaatkan hari libur itu untuk liburan singkat bersama teman-teman.

Sejak beberapa bulan yang lalu, saya sangat ingin sekali mengunjungi kota Semarang. Awalnya saya berniat untuk naik bis kesana dan berjalan-jalan disana dengan angkot seorang diri, niatnya ingin mencoba berpetualang hehe... Tapi setelah mendengar saran dari teman saya yang bertempat tinggal di Semarang, saya disarankan jangan kesana sendirian apalagi saya seorang perempuan dan belum pernah kesana. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajak teman saya Sasa. Saya dan Sasa tidak tau jalan-jalan di kota itu. Kami pun memutuskan untuk mengajak Tiwi dan Koplak yang notabennya tinggal di Semarang. Wah semakin seru saja perjalanan kami nanti, pikir saya sewaktu Sasa memberitahu bahwa Tiwi dan Koplak akan ikut juga.

Pukul 3 pagi kami berangkat dari kos saya dan Sasa. Kami mengunjungi beberapa tempat wisata disana. Pertama ke Rawa Pening di Banyu Biru, Air Terjun Semirang, Sam poo kong, Kota tua dan yang terakhir berkeliling-keliling di kota Semarang sambil mencicipi kuliner yang ada disana.

Untuk cerita lengkap perjalanan kami hari itu, bisa dibaca di blog teman saya Sasa. Saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya dan teman-teman di Sam poo kong.

Hari itu Sam poo kong ramai sekali. Dari kejauhan sudah terlihat tempat parkir depan Sam poo kong penuh dengan motor-motor dan pedagang-pedagang yang berjualan. Kami yang berkendara mobil jadi tidak bisa parkir di dalam. Akhirnya kami memarkirkan mobil di pinggir jalan yang mengharuskan kami berjalan lagi ke area Sam poo kong. Tiket masuk untuk hari itu sebesar Rp.3000. Informasi yang saya dapatkan dari Koplak, di hari-hari biasa tidak dipungut biaya, pengunjung bisa masuk begitu saja tanpa harus membeli tiket. Mungkin karena sedang ada perayaan Imlek maka tiket masuk diberlakukan.

Diarea dalam Sam poo kong sedang ada acara barongsai, tapi kami tidak tertarik untuk menonton pertunjukkan itu. Ramai sekali disana, penuh sesak pengunjung. Kami pun mencari tempat-tempat yang bagus untuk mengambil gambar dengan kamera Sasa. Sasa juga membawa tripod, alasannya agar kami bisa foto berempat.

Kami pun berfoto-foto di depan beberapa bangunan disana. Bangunannya unik-unik, saya sangat menyukai bentuk atapnya, karena melengkung diujungnya, lucu sekali menurut saya. Warna bangunannya juga bagus, merah.... Bagus untuk menjadi latar foto kami hehe. Kami berfoto disana tepat pada pukul 12 siang, panas terik matahari membuat kami agak kepanasan. Tapi memang tidak sepanas hari-hari sebelumnya kata Sasa yang pernah kesana sebelumnya.

Pandangan saya tidak sengaja tertuju pada sebuah batu (sebutan saya untuk benda itu) yang ada di depan salah satu bangunan disana. Tiba-tiba ide saya muncul untuk berfoto diatas batu itu. Saya pun mengajak teman-teman saya untuk foto diatas batu itu. "Ah jangan... jangan... malu banyak orang, nanti kita diliatin gitu" kata salah satu teman saya yang pemalu. Koplak pun nyeletuk "hahaha ga papa mumpung ga ada yang kenal, itung-itung belajar nebelin muka". Kami pun memutuskan untuk menutup kegiatan foto-foto kami dengan berfoto di atas batu itu. Tapi kami bingung mau bergaya apa, saya pun melihat sekeliling area Sam poo kong, ada beberapa patung disana.

"Ayo kita foto dengan gaya pendekar aja kayak gaya patung-patung itu" seru saya...

Dengan penuh kepercayaan diri kami pun menaiki batu itu dan bergaya-gaya layaknya seorang pendekar. Tadinya kami ingin foto berempat, tapi sayang teman saya Sasa mendadak jadi pemalu karena melihat begitu banyak orang disana. Akhirnya saya, Tiwi dan Koplak saja yang berfoto diatas batu itu. Dan sang fotografer dengan menahan malunya karena ulah teman-temannya itu pun mengambil gambar kami. Terlihat dari kejauhan banyak pengunjung yang melihat ulah kami. Ada yang ketawa ketiwi, ada juga yang memberikan pandangan penuh arti. Ada juga orang-orang yang membawa kamera mengambil foto kami hehe..

batu?

tatapan penuh arti mbak-mbak pengunjung


pendekar siap tempur

hormat graaaak

Setelah berfoto diatas batu, kami pun meninggalkan Sam poo kong. Saya dan teman-teman melihat hasil foto tadi. Dari bincang-bincang kami, ternyata hasil foto dengan penuh gaya dan ekspresi akan menghasilkan foto yang lebih bagus daripada yang kalem-kalem aja haha begitu istilah kami menyebut gaya foto yang senyum-senyum aja. Selain itu, melakukan sesuatu yang tidak biasa dan agak malu-maluin ternyata seru juga loh. Kami bisa tertawa lepas dan suasana hati pun bisa menjadi riang gembira. Silahkan dicoba....

2 komentar:

Annisa Prasetio mengatakan...

kalo gw ikut foto formasinya jadi ga bagus ntar clar :P

Intan Nur Inayah mengatakan...

Setuju banget dengan komen nya Koplak..

mumpung ga ada yg kenal, tapi sumpah itu butuh percaya diri tingkat tinggi banget.. hahaha